Friday, February 01, 2008

KiSaH KaSiH - satu surat lamaran

Assalamualaikum,

para sahabat, kita cuma "manusia biasa"....

====================================

Email ini dipetik drpd seorang sahabat, dan saya forwardkan utk
manfaat kpd diri saya dan semua.

Semoga bermanfaat.. .... baik utk yang melamar ataupun yg
dilamar,ataupun bagi yang sudah berumah tangga......

Renungan buat yang sedang mencari pasangan hidup ataupun yang sedang
mengemudi bahtera rumah tangga.. Mengapa?
Kerana Dia Manusia Biasa ......

Setiap kali ada sahabat yang ingin menikah, saya selalu mengajukan
pertanyaan yang sama. Kenapa kamu memilih dia sebagai suami/isterimu?
Jawabannya ada bermacam-macam. Bermula dengan jawaban kerana Allah
hinggalah jawaban duniawi.

Tapi ada satu jawaban yang sangat menyentuh di hati saya. Hingga saat
ini saya masih ingat setiap detail percakapannya. Jawaban dari salah
seorang teman yang baru saja menikah. Proses menuju pernikahannya
sungguh ajaib. Mereka hanya berkenalan 2 bulan. Kemudian membuat
keputusan menikah. Persiapan pernikahan mereka hanya dilakukan dalam
waktu sebulan saja.

Kalau dia seorang akhwat, saya tidak hairan. Proses pernikahan seperti
ini selalu dilakukan. Dia bukanlah akhwat, sebagaimana saya. Satu hal
yang pasti, dia jenis wanita yang sangat berhati-hati dalam memilih
suami. Trauma dikhianati lelaki membuat dirinya sukar untuk membuka hati.

Ketika dia memberitahu akan menikah, saya tidak menganggapnya serius.
Mereka berdua baru kenal sebulan. Tapi saya berdoa, semoga ucapannya
menjadi kenyataan. Saya tidak ingin melihatnya menangis lagi.

Sebulan kemudian dia menemui saya. Dia menyebutkan tarikh
pernikahannya. Serta meminta saya untuk memohon cuti, agar dapat
menemaninya semasa majlis pernikahan. Begitu banyak pertanyaan
dikepala saya. Sebenarnya.. ..!!!

Saya ingin tau, kenapa dia begitu mudah menerima lelaki itu. Ada
apakah gerangan? Tentu suatu hal yang istimewa. Hingga dia boleh
memutuskan untuk bernikah secepat ini. Tapi sayang, saya sedang sibuk
ketika itu (benar-benar sibuk). Saya tidak dapat membantunya
mempersiapkan keperluan pernikahan. Beberapa kali dia menelefon saya
untuk meminta pendapat tentang beberapa perkara. Beberapa kali saya
telefon dia untuk menanyakan perkembangan persiapan pernikahannya.
That's all......Kami tenggelam dalam kesibukan masing-masing.

Saya menggambil cuti 2 hari sebelum pernikahannya. Selama cuti itu
saya memutuskan untuk menginap dirumahnya. Pukul 11 malam sehari
sebelum pernikahannya, baru kami dapat berbual -hanya- berdua. Hiruk
pikuk persiapan akad nikah besok pagi, sungguh membelenggu kami. Pada
awalnya kami ingin berbual tentang banyak hal.

Akhirnya, dapat juga kami berbual berdua. Ada banyak hal yang ingin
saya tanyakan. Dia juga ingin bercerita banyak perkara kepada saya.
Beberapa kali Mamanya mengetok pintu, meminta kami tidur.

"Aku tak boleh tidur." Dia memandang saya dengan wajah bersahaja. Saya
faham keadaanya ketika ini.

"Matikan saja lampunya, biar disangka kita dah tidur."

"Ya.. ya." Dia mematikan lampu neon bilik dan menggantinya dengan
lampu yang samar. Kami meneruskan perbualan secara berbisik-bisik.
Suatu hal yang sudah lama sekali tidak kami lakukan. Kami berbual
banyak perkara, tentang masa lalu dan impian-impian kami. Wajah
keriangannya nampak jelas dalam kesamaran. Memunculkan aura cinta yang
menerangi bilik ketika itu. Hingga akhirnya terlontar juga sebuah
pertanyaan yang selama ini saya pendamkan.

"Kenapa kamu memilih dia?" Dia tersenyum simpul lalu bangkit dari
baringnya sambil meraih HP dibawah bantalku. Perlahan dia membuka laci
meja hiasnya. Dengan bantuan lampu LCD HP dia mengais lembaran
kertas didalamnya.

Perlahan dia menutup laci kembali lalu menyerahkan sekeping envelop
kepada saya. Saya menerima HP dari tangannya. Envelop putih panjang
dengan cop surat syarikat tempat calon suaminya bekerja. Apa ni. Saya
melihatnya tanpa mengerti. Eeh..., dia malah ketawa geli hati.

"Buka aja." Sebuah kertas saya tarik keluar. Kertas putih bersaiz A4,
saya melihat warnanya putih. Hehehehehehe. .......

"Teruknya dia ni." Saya menggeleng-gelengka n kepala sambil menahan
senyum. Sementara dia cuma ketawa melihat ekspresi saya. Saya mula
membacanya.Saya membaca satu kalimat diatas, dibarisan paling atas.
Dan sampai saat inipun saya masih hafal dengan kata-katanya. Begini
isi surat itu.........

************ ********* ********* ********* ********* ********* ********* ******

Kepada Yth .........

Calon isteri saya, calon ibu anak-anak saya, calon menantu Ibu saya
dan calon kakak buat adik-adik saya

Assalamu'alaikum Wr Wb

Mohon maaf kalau anda tidak berkenan. Tapi saya mohon bacalah surat
ini hingga akhir. Baru kemudian silakan dibuang atau dibakar, tapi
saya mohon, bacalah dulu sampai selesai.

Saya, yang bernama ............ ... menginginkan anda
............ ... untuk menjadi isteri saya. Saya bukan siapa-siapa.
Saya hanya manusia biasa. Buat masa ini saya mempunyai pekerjaan.

Tetapi saya tidak tahu apakah kemudiannya saya akan tetap bekerja.
Tapi yang pasti saya akan berusaha mendapatkan rezeki untuk mencukupi
keperluan isteri dan anak-anakku kelak.

Saya memang masih menyewa rumah. Dan saya tidak tahu apakah
kemudiannya akan terus menyewa selamannya. Yang pasti, saya akan tetap
berusaha agar isteri dan anak-anak saya tidak kepanasan dan tidak
kehujanan.

Saya hanyalah manusia biasa, yang punya banyak kelemahan dan beberapa
kelebihan. Saya menginginkan anda untuk mendampingi saya. Untuk
menutupi kelemahan saya dan mengendalikan kelebihan saya. Saya
hanya manusia biasa. Cinta saya juga biasa saja.

Oleh kerana itu. Saya menginginkan anda supaya membantu saya memupuk
dan merawat cinta ini, agar menjadi luar biasa. Saya tidak tahu apakah
kita nanti dapat bersama-sama sampai mati. Kerana saya tidak tahu
suratan jodoh saya. Yang pasti saya akan berusaha sekuat tenaga
menjadi suami dan ayah yang baik.

Kenapa saya memilih anda? Sampai saat ini saya tidak tahu kenapa saya
memilih anda. Saya sudah sholat istiqarah berkali-kali, dan saya
semakin mantap memilih anda.

Yang saya tahu, Saya memilih anda kerana Allah. Dan yang pasti, saya
menikah untuk menyempurnakan agama saya, juga sunnah Rasulullah. Saya
tidak berani menjanjikan apa-apa, saya hanya berusaha sekuat mungkin
menjadi lebih baik dari sekarang ini.

Saya memohon anda sholat istiqarah dulu sebelum memberi jawaban pada
saya. Saya beri masa minima 1 minggu, maksima 1 bulan. Semoga Allah
redho dengan jalan yang kita tempuh ini. Amin

Wassalamu'alaikum Wr Wb

************ ********* ********* ********* ********* ********* ********* ******

Saya memandang surat itu lama. Berkali-kali saya membacanya. Baru kali
ini saya membaca surat 'lamaran' yang begitu indah.

Sederhana, jujur dan realistik. Tanpa janji-janji yang melambung dan
kata yang berbunga-bunga. Surat cinta biasa.

Saya menatap sahabat disamping saya. Dia menatap saya dengan senyum
tertahan.

"Kenapa kamu memilih dia......?"

"Kerana dia manusia biasa....... " Dia menjawab mantap.

"Dia sedar bahawa dia manusia biasa. Dia masih punya Allah yang
mengatur hidupnya.Yang aku tahu dia akan selalu berusaha tapi dia
tidak menjanjikan apa-apa. Soalnya dia tidak tahu, apa yang akan
terjadi pada kami kemudian hari. Entah kenapa, justeru itu
memberikan kesenangan tersendiri buat aku."

"Maksudnya?"

"Dunia ini fana. Apa yang kita punya hari ini belum tentu besok masih
ada. BetuI tak? Paling tidak.... Aku tau bahawa dia tidak akan frust
kalau suatu masa nanti kami jadi miskin.

"Ssttt...... ." Saya menutup mulutnya. Khuatir kalu ada yang tau kami
belum tidur. Terdiam kami memasang telinga. Sunyi. Suara jengkering
terdengar nyaring diluar tembok. Kami saling berpandangan lalu gelak
sambil menutup mulut masing-masing.

"Udah tidur. Besok kamu mengantuk, aku pula yang dimarahi Mama." Kami
kembali berbaring. Tapi mata ini tidak boleh pejam. Percakapan kami
tadi masih terngiang terus ditelinga saya.

"Gik.....?"

"Tidur...... Dah malam." Saya menjawab tanpa menoleh padanya. Saya
ingin dia tidur, agar dia kelihatan cantik besok pagi. Rasa mengantuk
saya telah hilang, rasanya tidak akan tidur semalaman ini.

Satu lagi pelajaran dari pernikahan saya peroleh hari itu. Ketika
manusia sedar dengan kemanusiannya. Sedar bahawa ada hal lain yang
mengatur segala kehidupannya. Begitu juga dengan sebuah pernikahan.
Suratan jodoh sudah terpahat sejak ruh ditiupkan dalam rahim. Tidak
ada seorang pun yang tahu bagaimana dan berapa lama pernikahannya kelak.

Lalu menjadikan proses menuju pernikahan bukanlah sebagai beban tetapi
sebuah 'proses usaha'. Betapa indah bila proses menuju pernikahan
mengabaikan harta, tahta dan 'nama'. Status diri yang selama ini
melekat dan dibanggakan (aku anak orang ini/itu), ditanggalkan.

Ketika segala yang 'melekat' pada diri bukanlah dijadikan pertimbangan
yang utama. Pernikahan hanya dilandasi kerana Allah semata. Diniatkan
untuk ibadah. Menyerahkan segalanya pada Allah yang membuat
senarionya.

Maka semua menjadi indah.

Hanya Allah yang mampu menggerakkan hati setiap HambaNYA. Hanya Allah
yang mampu memudahkan segala urusan. Hanya Allah yang mampu
menyegerakan sebuah pernikahan.

Kita hanya boleh memohon keredhoan Allah. MemintaNYA mengurniakan
barokah dalam sebuah pernikahan. Hanya Allah jua yang akan menjaga
ketenangan dan kemantapan untuk menikah.

Jadi, bagaimana dengan cinta? Ibu saya pernah berkata, Cinta itu
proses. Proses dari ada, menjadi hadir, lalu tumbuh, kemudian merawatnya.

Agar cinta itu dapat bersemi dengan indah menaungi dua insan dalam
pernikahan yang suci. Cinta tumbuh kerana suami/isteri (belahan jiwa).

Cinta paling halal dan suci. Cinta dua manusia biasa, yang berusaha
menggabungkannya agar menjadi cinta yang luar biasa. Amin.

Wallahu 'alam

4 comments:

Anonymous said...

subhanallah, terharu bace. hopefully we will be like that someday.

Zakeri said...

yuupp...terharu gak, sebab tu masukkan dalam blog nih...hehe

Mashizaki Keikan said...

... (tidak terkata bahkan terpikir-pikir...)

Anonymous said...

hmm.. perkongsian menarik..

Review Buku: Pemburu

 Assalamu'alaykum ok, bersambung dengan siri Hero pula, karya Hilal Asyraf untuk post kali ini. Jika sebelum ini, kita melihat buku kary...